Suasana Didalam GBK |
Pro dan kontra sehubungan dengan acara yang diadakan di stadion Gelora Bung Karno nampaknya berlanjut. Dalam tulisan kemarin sudah sedikit disinggung apa saja yang menjadi permasalahan terkait acara tersebut yang diantaranya adalah pemakaian stadion dan acara kemeriahan diatas bencana yang menimpa wilayah Cianjur.
Sekarang jagat maya media sosial digemparkan dengan beredarnya video-video meresahkan yang diduga terkait dengan acara yang berjudul nusantara bersatu itu. Pertama ada video-video yang menunjukan kekecewaan dari para "relawan" yang pada waktu itu hadir di GBK. Kekecewaan tersebut berhubungan dengan adanya suatu kebohongan informasi yang disampaikan.
Dalam video yang beredar diungkapkan bahwa niat awal mereka untuk hadir pada acara tersebut tak lain untuk ikut dalam halaqah, pengajian dengan ulama besar Indonesia dan shalawat Qubro. Beruntung pada waktu-waktu kejadian ada inisiatif merekam semua kejadian yang ada disana. Momen-momen seperti massa yang balik pulang arah dan bahkan massa yang dikunci didalam stadion terekam jelas.
Singkatnya mereka yang kecewa tesebut merasa dibohongi karena informasi awal dari yang mereka terima itu adalah adanya kegiatan keagaaman. Namun ketika hadir di GBK yang ada hanya sorak sorak politis false dan bahkan ada juga acara konser musik.
Kalau begitu demikian maka beberapa pertanyaan harus diajukan, terkait siapa sebenarnya mereka yang menghadiri acara yang katanya relawan Jokowi itu. Apakah telah terjadi suatu mobilisasi masa, kalau ada tentu uang yang akan dianggarkan oleh panitia tidak akan sedikit. Mengingat bahwa uang terkadang menjadi perangsang terbaik bagi menarik simpatisan.
Lalu pertanyaan selanjutnya adalah apakah telah terjadi sautu pembohongan publik? Dari serangkain kejadian diatas tentu kita patut curiga bahwa hal tersebut benar-benar terjadi dalam acara yang dihadiri pak Presiden ini.
Selain curiga kita juga patut kecewa karena kalau memang benar hal itu terjadi maka hal ini akan semakin menguatkan tesis bahwa kebohongan yang diproduksi oleh penguasa terasa akan sempurna. Harusnya elit-elit menjadi figur yang baik bagi masyarakat bukan malah sebaliknya. Tentu itu tidak sehat sama sekali dalam iklim negara kita yang demokratis ini.