Berbicara hingar bingar piala dunia Qatar 2022 tanpa isu politik memang sangat naif. Karena sebagaimana yang kita ikuti, semenjak kompetisi piala dunia dimulai sampai saat ini, sentimen-sentimen tersebut hadir dalam berbagai bentuk.
Misalnya ada beberapa tim negara Eropa yang membawa kampanye LGBTQi ke Qatar, Pengibaran bendera Palestina yang dibawa oleh pemain Maroko, slogan "Respect for Iranian Woman", Save Ukraine yang menempel pada salah satu pakaian supporter dan lain-lain.
Meski tidak menafik, hal tersebut justru menambah bumbu-bumbu daya tarik kompetisi 4 tahunan ini. Media, salah satu pihak yang diuntungkan dengan adanya isu diatas, bersikap latah. Yang sering muncul adalah berita kecaman. Salah satunya datang dari kaum liberal Eropa, Mereka mengacam Qatar dengan sangat masif terkait sikap anti LGBTQi nya.
Pada sisi lain, kesadaran terhadap negara Palestina meningkat dengan adanya para pemain yang menyuarakan kemerdekaan bagi Palestina, termasuk para fans dari berbagai negara.
Sehingga muncul pada benak kita bahwa perhelatan piala dunia Qatar nampaknya bukan hanya tentang pertarungan antara dua tim sepak bola. Tapi juga sedikitnya tentang sebuah arena pertarungan ideologi atau politik.
Terakhir dan masih hangat, beredar sebuah video di Twitter yang memperlihatkan para pemain Kroasia menyanyikan sebuah lagu.
Croatian players celebrating their WC run by singing songs from neo-fascist crooner Thompson, which explicitly make reference to the criminal “Herceg-Bosna” regime in wartime Bosnia, whose entire senior leadership was convicted of crimes against humanity. pic.twitter.com/QW5DdyATVH
— Jasmin Mujanović (@JasminMuj) December 12, 2022
Sepintas lagu tersebut hanya lagu chant biasa tapi makna yang terkandung dalam liriknya ternyata lebih dalam bahkan bisa dikatakan politis.
Kenapa dikatakan demikian? Karena lagu tersebut diciptakan oleh seorang penyanyi neo-fasis, ekstrimis sayap kanan, Crooner Thompson.
Namanya meroket sehubungan dengan banyaknya penolakan dari berbagai negara. Bukti bahwa ide-ide lagu dalam liriknya berbahaya dan sangat bertolakbelakang dengan ide-ide kemanusiaan.
Thompson banyak memuja tokoh-tokoh yang sekarang dihukum atas dasar kemanusiaan. Mereka kebanyakan adalah bagian dari rejim Bosnia dan Herzegovina pada masa peperangan "bosnia war" yang dikenal sangat rasis dan juga keji.
Banyak sejarah kelam yang mereka ciptakan. Diantaranya ketika pergerakan Ustasha membuat camp penampingan yang kelak dikenal Jasenovac Camp. Dimana 100,000 orang dari berbagai ras (Yahudi, Serbia, Roma dan etnis lain) dibantai tanpa ampun.
Thompson, dalam konsernya, sering menyisipkan jargon-jargon yang berhubungan dengan rezim tersebut. Za dom Spremni, Ustasha dan lain-lain.
Croatian football players celebrated their #WorldCup success by singing songs from neo-fascist crooner Thompson, which explicitly praises the anti-Muslim “Herceg-Bosna” regime of wartime Bosnia, whose entire senior leadership was convicted of crimes against humanity. #Qatar2022 pic.twitter.com/NQDqPSt2Q9
— 5Pillars (@5Pillarsuk) December 15, 2022
Salah satu pengguna twitter centang biru @5pillars bahkan menambahkan bahwa Thompson juga merupakan pendukung rezim yang membantai umat Islam di Bosnia.
Kalau begitu ceritanya maka Modric dan kawan-kawan pada dasarnya sedang nyanyi yel-yel Anti Muslim.
Seperti yang kita ketahui bahwa selain etnis yang disebutkan diatas, pembantaian yang dilakukan Bosnia Serbia terhadap etnis muslim juga tidak kalah dengan jumlah korban yang ada di Jasenovac Camp.
Sebanyak 8000 Bosniak, sebutan orang islam yang ada disana pada waktu itu, dibantai tanpa ampun, tidak memandang usia atau gender. Dalam lembaran sejarah, periode yang terjadi kurun waktu 1992-1995 ini dikenal dengan Srebrenica Genocide.
Namun benar dan tidaknya para pemain Kroasia menyanyikan tersebut atas dasar hal fasis atau hanya sebatas hiburan, masih belum ada konfirmasi.
Satu yang pasti bahwa debat pro dan kontra bisa dilihat dari balasan-balasan pada utas kedua tweet diatas.