Ilustrasi 

Peta koalisi parpol untuk mengusung pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) sudah mulai terlihat. Dua koalisi sudah mendeklarasikan diri, pertama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yaitu PPP, Golkar, dan PAN. Kedua Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) yaitu Gerindra dan PKB. 

Sementara itu Nasdem, PKS, dan Demokrat sedang penjajakan untuk berkoalisi. Koalisi yang dinamai Koalisi Perubahan (KPR), bermula dari manuver Nasdem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai Capres Partai Nasdem.

Presiden PKS, Ahmad Syaikhu, mengatakan pembentukan koalisi dengan Nasdem dan Demokrat semakin mantap karena komunikasi tim kecil ketiga partai semakin intens bertemu untuk mematangkan koalisi.

Berbeda dengan parpol lain yang "sibuk" dengan rencana koalisi, parpol pemenang pemilu 2019 PDIP nampak santai. Belum terlihat manuver mengarah kepada koalisi dengan parpol lain. Meskipun silaturahmi politik sudah dijajaki namun belum mengarah ke rencana koalisi. Seperti pertemuan Megawati dengan Prabowo, pertemuan Puan Maharani dengan Muhaimin Iskandar, dan pertemuan Puan Maharani dengan Airlangga Hartarto. 

Partai hijau berada di dua kubu yang berbeda, PPP di KIB dan PKB berada di KIR. Kedua parpol tersebut saling lempar "psywar". Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mengatakan semua koalisi yang terjadi saat ini masih dinamis sampai pendaftaran parpol peserta pemilu 2024 selesai di KPU. 

Pernyataan Cak Imin ditanggapi oleh Ketua DPP PPP Achmad Baidowi (Awiek) yang memprediksi koalisi Gerindra dengan PKB akan bubar lebih dulu. Awiek menegaskan KIB tetap solid, menurutnya KIR yang rawan bubar jadi jangan ajak parpol lain jika mau bubar. 

Otak-atik komposisi koalisi parpol untuk mengusung pasangan capres cawapres sudah terjadi sejak tahun 2004. Saat itu Susilo Bambang Yudhoyono terpilih menjadi Presiden RI ke-6 sekaligus menjadi Presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat. 

Koalisi multi partai menjadikan sistem presidensial di Indonesia menjadi setengah hati atau disebut juga presidensial rasa parlementer. Pembentukan koalisi tidaklah murni karena kesamaan visi dan misi. Koalisi terbentuk atas dasar kepentingan dan kekuasaan.

Power seorang presiden di bawah bayang-bayang koalisi multi partai menjadi lebih lemah dibandingkan dengan presiden dengan pemilu dua partai. Contohnya sistem presidensial di Amerika Serikat akan lebih terasa dibandingkan presidensial di Indonesia.  

Pemilu 2024 akan segera datang, semoga koalisi parpol yang dibentuk membuahkan calon pemimpin negarawan sejati. Pemimpin yang akan membawa perubahan Indonesia menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pemimpin yang lebih mementingkan pembangunan kualitas manusia daripada pembangunan infrastruktur, semoga!