Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas kembali membuat kontroversi ketika berpidato di acara Ikatan Keluarga Alumni UIN (IKALUIN) Award pada Jumat 23/12/2022 di Jakarta.


Dalam pidatonya Menag Yaqut mengaku lupa nama Rektor UIN Syarif Hidayatullah.


“Yang saya hormati, bu Profesor, Doktor. Aaaa, Masya Allah sampai lupa saya,” kata Yaqut


Menag beralasan dirinya lupa karena Rektor UIN Syarif Hidayatullah Prof. Dr. Amany Lubis yang duduk bersebelahan dengannya senantiasa lisannya berdzikir.


“Bu Amany Lubis, mohon maaf bu. Karena tadi sepanjang acara di sebelah saya, bu Amany ini duduk, beliau selalu dzikir. Subhanallah, masya Allah, Alhamdulillah. Jadi itu merusak konsentrasi saya,” Menag menjelaskan sambil tertawa.


Menag membandingkan Rektor UIN ibarat pimpinan majelis taklim. Seraya menahan tawa, ia melanjutkan perkataannya:


“Ini bu Rektor atau pimpinan majelis taklim,” ungkap Menag Yaqut.

Berikut ini potongan video yang diambil dari channel YouTube



Ungkapan lantunan dzikir merusak konsentrasi Menag menjadi sorotan. Sungguh disayangkan seorang Menteri Agama membuat candaan tentang ajaran atau ibadah suatu agama. Aneh tapi nyata, latar belakang Menag yang berasal dari Nahdhatul Ulama (NU) menyinggung lantunan dzikir.


Masyarakat NU dikenal dengan berdzikir secara lisan kadang dengan suara keras dan kadang dilakukan berjamaah. Berbeda dengan Muhammadiyah yang berdzikir dengan suara lembut bahkan nyaris tidak terdengar. 


Berdzikir atau mengingat Allah baik dengan suara keras maupun lembut diyakini dapat menentramkan hati. Seperti yang tercantum dalam Qur'an surat Ar Ra'd ayat 28:


"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."


Berdasarkan tafsir Al Quran versi Kementerian Agama (Kemenag), ayat di atas menjelaskan tentang keutamaan berdzikir, mengingat nama Allah SWT. Dengan berdzikir membuat hati menjadi tentram dan jiwa yang tenang.


"Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram dan jiwa menjadi tenang, tidak merasa gelisah, takut, ataupun khawatir," tafsir Al Qur'an versi Kemenag.