Ilustrasi Waktu Duha (Sumber: photobest1.com)


Oleh: Kurniawan Dwi Hartanto  |  Editor: Yaya Mulya Mantri*



Al-Qur'an Surat Ad Duha Ayat 1

 

 وَالضُّحَىٰ

Demi waktu duha,

(QS Ad Duha:1)

 

Allah bersumpah dengan waktu duha waktu dimana orang-orang sedang sibuk beraktivitas. Apakah itu bekerja, sekolah, kuliah, berdagang, dan aktivitas lainnya. 


Waktu Duha memiliki keistimewaan dengan sinar mataharinya yang sangat bermanfaat. Pada saat pandemi Covid-19 ramai orang berjemur karena sinar matahari memberikan vitamin D kepada manusia.


Tidak hanya bagi manusia, waktu Duha juga memiliki manfaat untuk tumbuh-tumbuhan. Waktu Duha dan sinar mentarinya adalah waktu dimana tumbuhan berfotosintesis. 


Tumbuhan yang lebih banyak menerima sinar matahari pertumbuhannya akan lebih baik dengan tumbuhan yang kurang mendapat sinar matahari.


Selain itu, waktu Duha adalah waktu yang dianjurkan untuk menunaikan sholat sunnah yaitu sholat Sunnah Duha. Pahala sholat sunnah Duha sangat besar, berikut dalil tentang pahala sholat sunnah Duha:


hadits Abu Dzar radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى


“Di pagi hari ada kewajiban bagi seluruh persendian kalian untuk bersedekah. Maka setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap bacaan tahmid adalah sedekah, setiap bacaan tahlil adalah sedekah, dan setiap bacaan takbir adalah sedekah. Demikian juga amar ma’ruf dan nahi mungkar adalah sedekah. Semua ini bisa dicukupi dengan melaksanakan salat dhuha sebanyak dua raka’at” (HR. Muslim no. 720).


Al-Qur'an Surat Ad Duha ayat 2 



وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ


dan demi waktu malam apabila telah sunyi (QS Ad Duha:2).


Pada ayat kedua Allah bersumpah dengan waktu malam. Waktu malam identik dengan waktu yang dikaitkan dengan mistis dan horor. Anak-anak kecil dianjurkan untuk masuk ke rumah sebelum matahari terbenam. 


Selain itu waktu malam juga identik dengan waktu rawan kejahatan. Berbagai jenis kejahatan umummya terjadi di malam hari. Jadi malam hari identik dengan hal-hal negatif. 


Namun di balik stigma negatif, sebenarnya waktu malam memiliki banyak keistimewaan. Berbagai kisah penting para nabi dan rasul terjadi di malam hari. 


Contohnya kisah Nabi Ibrahim as yang mengagumi waktu malam tercantum dalam Al-Qur'an Surat Al Al-An'ām ayat 76-77:


فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَىٰ كَوْكَبًا ۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ


Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Maka, ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam.” (QS Al-An'ām:76)



فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ


Kemudian, ketika dia melihat bulan terbit dia berkata (kepada kaumnya), “Inilah Tuhanku.” Akan tetapi, ketika bulan itu terbenam dia berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk kaum yang sesat.” (QS Al-An'ām: 77).


Selain itu kisah-kisah nabi dan rasul juga terjadi di malam hari seperti Nabi Musa diperintah Allah untuk menghindari Fir'aun di malam hari. Kemudian kisah hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah juga dimulai malam hari, dan kisah-kisah lainnya. 


Malam hari juga sangat dianjurkan (sunnah muakad) untuk menunaikan ibadah sholat sunnah malam. Adapun waktu sholat malam yaitu setelah sholat ‘isya sampai dengan sebelum waktu subuh. Namun waktu yang paling utama yaitu sepertiga malam yang terakhir, boleh sesudah tidur atau sebelum tidur.


Allah berfirman kepada Nabi-Nya yang artinya dalam Al-Qur'an Surat Al-Muzammil ayat 1-4:


“Hai orang yang berselimut, bangunlah pada sebagian malam (untuk sholat), separuhnya atau kurangi atau lebihi sedikit dari itu. Dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil.” (QS. Al-Muzammil: 1-4)


*Sebuah Catatan Kajian Pekanan (5/2/2023).