Safari Dakwah Angelina Sondakh di Ujungberung |
Oleh: Tetti Hodijah
Alhamdulillah hari ini bisa mengikuti tausiyah Angelina Sondakh di Masjid Besar Ujung Berung Kota Bandung (12/7/2023).
Terharu menyimak kisahnya saat ia masuk penjara sampai menjadi seperti sekarang sebagai Ustadzah, tausiyah dari masjid ke masjid.
Saya dari kecil seolah menapaki hidup di jalan yang licin dan empuk, lahir dari keluarga rukun, damai dan berkecukupan. Yang paling ditakuti di dunia ini adalah masuk penjara. Tetapi dengan adanya mengalami masuk penjara, membuat saya jadi takut neraka, karena disitulah saya mengalami fase kehidupan, bahwa satu²nya yg dibutuhkan hanya Allah. Saat hidup sendirian tanpa orang-orang yang mencintai dan dicintai.
Yuk, kita hijrah ke tempat yang membawa ketenangan.
Saya masuk ke penjara sedang dalam keadaan kaya raya, ketika saya masuk penjara kekayaan itu yang nikmatin pembantu saya, supir saya. Akhirnya sadar, rejeki yang kita kejar dan kumpulkan belum tentu milik kita. Ketika hidup di penjara akhirnya memiliki pengalaman spiritual, dan berharap masuk surga.
Yuk, kita hijrah. Saya tidak menemukan sahabat yang membawa ketenangan kecuali Al-Qur'an. Karena sering dibaca akhirnya hafal. Kemudian menyadari bahwa kenal dengan penguasa dunia tidak ada artinya. Jika penjara itu menjadi penggugur dosa, saya ikhlas. Jika ada orang yang khianat, do'akan mereka agar jadi orang soleh. Insyaallah hidup lebih tenang. Allah melihat kita bukan dari kata-katanya, tapi Allah melihat hati kita.
Sekarang orang-orang yang datang ke saya bukan orang-orang yg penuh kebohongan dan sandiwara, tapi yang ngajak pengajian, mau minta diajarin menghafal Qur'an. Ketika kita mau bepergian saja kita harus berbekal uang, pakaian, makanan, dan lain-lain. Masa perjalanan menuju Surga tanpa bekal?
Neraka dunia saat hidup di penjara sangat menyengsarakan, rindu ingin ketemu anak tidak boleh ketemu. Sekalipun boleh bertemu, dalam keadaan masih kangen, petugas bilang.
"Mbak Angel, waktunya sudah habis."
Dalam kurun waktu 10 tahun hanya bisa bertemu dengan orang tua tiga kali, dalam proses yang sangat rumit. Bertemu dalam ruangan yang sangat sederhana (tanpa AC), duduk di lantai. Saya benar-benar merasa jadi anak yang mengecewakan orang tua. Bisa jadi banyak anak yang menyepelekan orang tua, karena merasa dirinya lebih hebat, lebih pintar. Padahal do'a orang tua senantiasa melangit setiap saat bagi kebaikan anak-anaknya. Saran saya, bagi yang masih punya orang tua, hargai dan bahagiakan mereka. Bagi yg orangtuanya sudah meninggal dunia, jangan berhenti mendo'akannya.
Ketika keluar dari penjara, saya ketemu anak yg 10 tahun tdk bertemu, ia lebih banyak panggil saya Mbak daripada Mamah. Tapi saya tetap bersyukur Allah masih memberi kesempatan bertemu anak dan kedua orang tua. Banyak orang yang lulus saat diuji dengan kemiskinan, tetapi banyak yang gagal diuji dengan kekayaan dan kesuksesan dunia.
Bersyukur kepada Allah modalnya cuma wudhu, sholat, sujud, dengan waktu tanpa batas. Allah Maha Murah, sekalipun kita sholatnya belang betong, Dia masih memberikan rizki. Janganlah terpesona dengan semaraknya dunia ini. Karena dunia ini sementara dan panggung sandiwara.
Di dalam penjara saya sempat merenung. Apa yang kurang dalam diri saya? Akhirnya saya sadar, saya lupa bersyukur. Maka saya sering membaca Qur'an Surat Ar-Rohman, untuk mengingatkan diri, tentang nikmat yang Allah berikan.
Zikirlah pake hati, jangan berpikir hitungan 100x, 1000x, dan seterusnya.
Rumus hidup tenang, melihat keburukan katakan subahanallah, merasakan kebaikan bilang masyaa Allah, mengalami musibah ucapkan innalillahi wainnailaihi rojiun. Memulai aktivitas dengan bismillah mengakhiri dg Alhamdulillah. Banyaklah bersedekah untuk membersihkan harta kita.
Kesempatan membersihkan harta tidak diberikan kepada semua orang. Ketika bersedekah, akad dengan Allah untuk membersihkan harta, ikuti dengan berdo'a untuk kelancaran dan kemudahan dalam segala urusan, termasuk kemudahan untuk menggapai surga. Karena amal soleh yang akan menjadi teman sejati kita di alam kubur.