Sambutan di Indonesia dinilai Ahmet lebih hangat ketimbang ketika dirinya berada di Malaysia. Tidak ada yang menduga, sekalipun Ahmet, bahwa di Malaysia ia harus berhadapan dengan beberapa orang yang dinilainya sangat konservatif. Ia dianggap orang Liberal yang melawan Ahlussunnah Waljamaah diberbagai media sosial.
Bahkan dalam beberapa kesempatan, acara presentasi buku yang tadinya sudah disiapkan, ada yang dibatalkan tanpa keputusan yang jelas serta ia juga kerap kali dibuntuti oleh polisi Syariah.
Yang Ahmet tahu bahwa duta besar Turki untuk Malaysia menyebut dirinya anti pemerintahan. Bisa jadi ada intervensi dari duta besar tersebut kepada pemerintah Malaysia.
Tentu pengalaman ini sangat membekas bagi Ahmet T Kuru. Iapun lalu mengamati setiap kejadian yang dialaminya tersebut dan mendapati pertanyaan kenapa ada perbedaan lawatan antara Malaysia dan di Indonesia.
Salah satu jawaban Ahmet adalah karena di Indonesia ada organisasi besar non pemerintah seperti Muhammadiyah & Nahdathul Ulama.
Bagi Ahmet, kedua organisasi ini mempunyai peran menciptakan keberagaman dan desentralisasi di Indonesia. Keislaman di Indonesia sangat beragam. Sebaliknya di Malaysia justru hubungan antara Islam dan Negara tersentralisasi pusaran pemerintah.
Muhammadiyah dan Wasathiyah
Tentu yang dikatakan Ahmet T. Kuru, selain pujian tapi ia juga, merupakan tantangan bagi organisasi Muhammadiyah kedepan untuk selalu mengedepankan, menyebarkan dan menjaga pemahaman islam yang moderat atau wasathiyah di Indonesia.
Karena pemahaman ini dan juga concern menciptakan masyarakat Islam yang sebenarnya, mempunyai andil besar dalam mencerahkan masyarakat dalam melihat situasi global atau di masyarakat.
Pemahaman seperti ini kerap disampaikan oleh para pemimpin Muhammadiyah, termasuk almarhum Buya Yunahar Ilyas yang selalu mengingatkan para kader organisasi tentang Islam Wasathiyah.
Kata Buya Yunahar Wasathiyah itu tidak berlebihan [ghuluw] atau tidak kekurangan. Harus diposisi seimbang tapi pandai melihat situasi kekanan atau kekiri.
Hemat penulis, pemahaman Islam Wasathiyah ini memang sangat penting untuk diketahui bagi kader Muhammadiyah. Pemahaman seperti ini dinilai cocok diterapkan di Indonesia yang masyarakatnya sangat beragam.
Seperti contoh yang sekarang lagi viral mengenai pro dan kontra pernyataan Ustadz Adi Hidayat. Bagi penulis pribadi, pernyataan Ustadz Adi Hidayat tidak ada yang harus dibesar-besarkan. Karena pada intinya apa yang disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat ujung-ujungnya mengajak kita kepada kebaikan.
Kalau misalkan kita berlebihan, tentu sikap kita akan sampai pada label "pengharaman musik". Akan tetapi kalau pemahaman Wasathiyah dikedepankan, mungkin sikapnya akan lain. Ambil jalan terbaik selagi hal tersebut masih bisa dijadikan media dakwah.
Semoga kita tidak terjebak dalam perdebatan yang bisa mengantarkan pada perpecahan. Perbedaan pemahaman hal yang sangat lumrah dalam peradaban Islam. Apa yang dikatakan Ahmet T. Kuru harus selalu kita pegang: Muhammadiyah mempunyai peran penting menciptakan Islam yang ramah.