Toleransi di Indonesia pada bulan Ramadhan tahun ini sangat terasa sejuk ketika ada fenomena 'war takjil'. Umat Islam tidak mempermasalahkan orang-orang non Islam ikut berburu takjil.

Bahkan sampai ada video viral seorang wanita berjilbab membeli takjil, ketika sukses membeli takjil dia memperlihatkan kalung salibnya. Alhasil pedagang takjil dapat pulang lebih awal karena dagangannya cepat laris. Orang Islam yang terlambat membeli takjil berseloroh 'akan membalas dendam dengan memborong telur ketika hari paskah'. 

Namun sayang pada saat umat merasakan kemesraan toleransi, tokoh agamanya 'intoleran' tidak pandai menjaga lisan. Pendeta Gilbert Lumoindong akhir-akhir ini membuat heboh dunia maya dengan ceramahnya yang menyinggung ajaran Islam yaitu Sholat dan Zakat. 

Gilbert akhirnya meminta maaf pada Senin, 15 April 2024 kepada Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jusuf Kalla. Gilbert menyampaikan klarifikasi bahwa video tersebut untuk kalangan internal bukan untuk umum. Jusuf Kalla awalnya mengatakan terkejut dan kecewa tapi dapat memaafkan.

"Saya, sih, terkejut dan kecewa juga waktu melihat itu. Karena itulah, sebelum meluas kita harus selesaikan, padamkan. Tadi (yang bersangkutan) minta maaf. Islam itu pemaaf, jangan lagi (ada konflik). Itu alasannya," kata Jusuf Kalla.

Respon Muhammadiyah 

Ayahanda Abdul Mu'ti sebagai Sekretaris Umum PP. Muhammadiyah mengapresiasi Gilbert meminta maaf kepada umat Islam melalui DMI dan MUI namun ia meminta para penceramah agama apa pun hentikan cara-cara ceramah seperti ini.

"Saya mengapresiasi permintaan maaf pendeta Gilbert kepada Pak JK dan MUI. Model-model ceramah yang menyerang pemeluk agama lain atau kelompok lain bukanlah cara yang bijaksana untuk menarik masyarakat mengikuti suatu agama," ujar Abdul Mu'ti kepada wartawan, Rabu (17/4/2024).

"Hal demikian tidak hanya berlaku untuk pendeta Gilbert saja, tapi untuk pendakwah semua agama," Abdul Mu'ti menambahkan.

Jejak Digital Pendeta Gilbert

Ternyata jika ditelusuri Gilbert bukan pertama kali membuat gaduh. Tahun 2023 Gilbert mengatakan serangan Israel ke Palestina termasuk hukum Musa, "Mata Ganti Mata" dalam khotbahnya.

Pendeta Gilbert mengkritik Indonesia hanya bisa diam saat Palestina mengirim roket ke Israel. Sebaliknya, Indonesia meminta gencatan senjata ketika Israel membalasnya dengan bom. 

Ketika Palestina kirim roket, Indonesia tidak bicara tentang gencatan senjata. Indonesia bicara gencatan senjata selalu setelah Israel membalas," dilansir dari Suara.com (31/10/2023).

Selain itu ramai beredar foto Pendeta Gilbert dengan bangganya memegang bendera Israel padahal menurut Peraturan Menteri Luar Negeri (Permenlu) Nomor 3 Tahun 2019 tentang Hubungan Luar Negeri poin C: "tidak diizinkan pengibaran/penggunaan bendera, lambang, dan atribut lainnya serta pengumandangan lagu kebangsaan Israel di wilayah Republik Indonesia"

Satu lagi kegaduhan yang dibuat sang pendeta yaitu ketika menuding PKS (timses Cagub DKI 2017-2022 Anies-Sandi) menjiplak lagu Yahudi berbahasa Ibrani yang berjudul Hashem Melech. 

Pendeta Gilbert akhirnya meminta maaf, ia mengaku cuitannya soal lagu "Kobarkan Semangat" yang menjiplak lagu rohani Yahudi merupakan kesalahan karena lagu Kobarkan Semangat justru dari tembang C’est La Vie yang dipopulerkan Cheb Khaled.

"Ternyata memang lagu "Kobarkan Semangat" pemenangan Anies-Sandy berasal dari lagu asli, Khaled; C'est La Vie #maaf," ujar Pendeta Gilbert melalui @PastorGilbertL di Twitter, Jumat (7/4/2017).