mudapembaharu.com - Beberapa hari yang lalu dunia, khususnya warga Muslim, digemparkan dengan munculnya konser di Arab Saudi yang menampilkan visualisasi, merunut ke, Ka'bah dengan penyanyi-penyanyi yang menggunakan pakaian yang terbuka.

Selain penyanyi, ditampilkan juga para danser yang berjoged, model yang berlenggak-lenggok tepat didepan visual yang menyerupai Ka'bah tersebut.

Tentu banyak warga Muslim yang mengeluarkan unek-uneknya sehubungan dengan hal ini. Kebanyakan dari mereka pastinya kecewa bila benar visualisasi tersebut adalah merujuk ke Ka'bah.

Umat Muslim dan Ka'bah; Melekat dalam Ruang dan Waktu

Sejatinya Ka'bah adalah simbol umat Islam, utamanya persatuan umat Islam. Karena sudah dari beribu-ribu tahun yang lalu, Ka'bah telah menjadi tempat bertemunya seluruh umat yang beragama Tauhid.

Dari zaman Nabi Ibrahim sampai zaman Nabi terakhir dalam Islam, Muhammad SAW, Ka'bah diberkati dengan beberapa kemulian. Bahkan dalam beberapa literatur sejarah, bisa ditarik kepada Nabi Adam AS.

Dalam rentang waktu tersebut, Ka'bah telah melalui beberapa rangkaian cerita. Diterjang banjir, saksi bisu bertemunya para pedagang abad pertengahan, menjadi tempat berkumpulnya para penyair yang berpesta dan terakhir menjadi saksi bisu perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam. 

Pastinya hal tersebut menjadikan Ka'bah sebagai simbol yang sakral, nilai keagamaannya melekat dalam ruang dan waktu. Ka'bah telah menjadi magnet Umat muslim diseluruh muka bumi, karena Ka'bah memang telah menjadi bagian dari Islam itu sendiri.

Karenanya bila ada hal yang menggambarkan Ka'bah dengan hal-hal yang tidak sesuai, umat Muslim pantas bertanya.

Kenapa Arab Saudi Bisa Begitu?

Kita, untuk saat ini mungkin, tidak bisa menggambarkan Arab Saudi sebagai kiblat dalam beragama, khususnya Islam.

Karena beberapa kali, secara sederhana, umat Muslim di Indonesia saja bertanya-tanya. Apa yang bisa Arab Saudi lakukan untuk Palestina? Kesan yang didapat kita tentu, Arab Saudi tidak bisa melakukan apa-apa, kecuali negara seperti Yaman atau Lebanon yang sekarang lagi berperang dengan Israel.

Pertanyaan tersebut hanya contoh semata. Mungkin masih ada banyak lagi hal-hal yang membuat kita ingin bertanya. Misalkan tentang arah politik Arab Saudi dan mungkin saja tentang keagamaan Arab Saudi disana seperti apa. 

Apakah ada pergeseran Ideologi yang menyebabkan Arab Saudi menjadi sedikit Sekuler atau Liberal. Hal tersebut mungkin saja terjadi. Mengingat Arab Saudi memang tengah gencar membuka kran Internasionalisasi dan globalisasi.

Dan dari kedua hal tersebut tentu banyak konsekuensi yang akan terjadi.

Selebihnya Kita Buka Kembali Catatan Lampau

Dan sejarah juga telah membuktikannya. Bila kita membuka kembali literatur sejarah, selama beratus abad yang lalu, pusat kekuatan agama Islam bukan hanya di wilayah yang sekarang ini Arab Saudi. 

Meski disana banyak simbol-simbol yang sangat sakral bagi umat Islam tapi hal tersebut tidak menafikan pusat kekuatan Islam berpindah.

Damaskus ketika Dinasti Umayyah berkuasa, Iraq ketika Dinasti Abbasiyah berkuasa. Seiring Abbasiyah di Iraq, di Spanyol, yang jauh dari Arab, Dinasti Umayyah cemerlang menyinari bumi Eropa. Belum lagi di Negara yang kita kenal sekarang dengan Turki.

Penyebaran tersebut dibarengi dengan meluasnya jaringan Islam, yang ditandai dengan berdirinya Kerajaan-Kerajaan Islam.

Catatan-catatan tersebut setidaknya mengingatkan kembali kepada kita bahwa di luar Arab Saudi pun, Islam bisa berjaya.

Maka kita tidak harus selalu manut pada Arab Saudi, bukan berarti penulis Anti Arab karena, kalau ada yang salah, kita wajib mengingatkan.