Penulis | Muhammad Zaki Al Aziz M.Hum | Guru Sejarah
Sebagai pendiri organisasi Muhammadiyah yang dari awal mempunyai kontribusi terhadap kemanusiaan. Bisa dikatakan peran Ahmad Dahlan tidak terhitung jumlahnya.
Sama dengan haji Sudja, bisa dikatakan peran Dahlan beriring seiring peralihan zaman. Buktinya, sampai saat ini kita masih bisa melihat jejak warisannya melalui organisasi Muhammadiyah yang masih tegak bertengger dengan berbagai macam dakwah.
Benih dakwah Muhammadiyah yang berbagai macam itu sebenarnya sudah terlihat dari pendirinya itu sendiri.
Salah satu adalah rasa kepedulian Dahlan terhadap Jamaah Haji. Khususnya pada medio awal abad 20an, dimana pada waktu tersebut sebagaimana dalam artikel tentang Haji sebelumnya, dikatakan bahwa kondisi para Haji bahkan ketika di Kapal menuju ke Mekah sangat memprihatinkan.
Ahmad Dahlan yang mendengar berita hal tersebut, pada saat itu, langsung memerintahkan dan mendesak A.R Fachruddin, yang masih menjadi Sekretaris, untuk pergi dan menyelidiki berita tersebut.
Dari hasil desakan serta penyelidikan yang dilakukan oleh Fachruddin tersebut, ada beberapa pelanggaran yang menyita perhatian Dahlan.
Diantaranya adalah mengenai kondisi para jamaah haji perempuan. Hal yang memberatkan Dahlan adalah bagaimana mereka masih diperiksa oleh seorang dokter asing yang bahkan bukan muhrimnya.
Yang dilakukan Dahlan bukan tanpa alasan, mengingat bahwa memang pada waktu itu jamaah haji perempuan dari Indonesia kerap kali mendapatkan hal yang tidak senonoh.
Bahkan dalam beberapa catatan disebutkan bahwa ada juga jamaah haji perempuan Indonesia yang mengalami pelecehan ketika berada di kapal. (Baca lebih lanjut dengan kata kunci Muhammad Magelang)
Berangkat dari permasalahan diatas, Dahlan mengawal pelanggaran tersebut serta mengupayakan kepada penyelenggara untuk bisa merubah aturan sesuai dengan normanya.
Dikatakan bahwa berkat kepedulian serta upaya Dahlan, khususnya mengenai jamaah haji perempuan, maka peraturan tersebut berubah.
Yang pada mulanya, Jamaah haji perempuan diperiksa oleh dokter asing laki-laki diganti oleh dokter perempuan. Pemeriksaannya pun dilakukan oleh dokter tersebut sebelum jamaah haji perempuan asal Indonesia naik kapal.
Dakwah-dakwah (kemanusiaan) yang seperti itulah yang sampai saat ini masih menjadi warisan berharga bagi warga Muhammadiyah.
Referensi:
- Bataviaasch Nieuwsblad, Vrijdag, 29 Maart 1923, "Hadji Achmad Dachlan"
- Foto disadur dari National Museum van Wereldculturen